apasebab.com - Berbicara tentang dunia pendidikan Indonesia, rasanya banyak sekali yang mengganjal di benak.
Pendidikan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Pembiaran atas kondisi tersebut tak ubahnya bom waktu yang siap meledak di masa depan.
Masalah di Dunia Pendidikan
Apa Sebab mengamati dari pojokan sepi, begitu banyak hal yang menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.1. Murid
Belakangan sering muncul konten video berisi social experiment yang menguji pengetahuan umum anak-anak SMP dan SMA.Pertanyaannya bener-bener umum. Misalnya apa nama Ibu Kota Jawa Timur, sebutkan nama negara di Eropa, apa kepanjangan dari MPR, dan ikan bernapas dengan apa.
Ada pula guru yang mengetes murid-muridnya (SMA) dengan soal pembagian dan perkalian sederhana. Seperti 12:3, 15:5, dan 4x6. Atau membaca sederet angka seperti 103.500.
Hasilnya sama. Zonk semua.
Mau bilang itu sekadar konten supaya viral, tapi kok ekspresi ngang-ngong yang mereka tunjukkan sangat natural.
Lebih parah lagi, di salah satu SMP di sebuah kabupaten di Jawa Barat, ada puluhan siswa yang belum bisa membaca. Mereka ada yang kelas 7, 8, bahkan 9. Di sekolah lain bisa jadi ada juga yang begitu, hanya tak tersebar di media sosial.
Bagaimana mereka bisa naik kelas terus dan lulus SD kalau tidak bisa membaca?
Tentu saja bisa. Kurikulum yang berlaku sekarang mengharuskan semua murid naik kelas. Tidak boleh ada yang tinggal kelas. Begitu juga dengan kelulusan. Semuanya harus lulus.
Hasilnya sudah terlihat, kan?
2. Guru
Motivasi belajar harus terus dijaga. |
Apa Sebab sangat sepakat, guru adalah profesi yang mulia. Namun, sayangnya tidak semua guru pantas menjadi guru.
Jejak digital menunjukkan ada guru yang melakukan tindak asusila, melakukan pelecehan seksual pada muridnya, bullying, menggelapkan dana BOS dan uang tabungan murid, serta melakukan kekerasan yang membahayakan jiwa si murid.
Di sisi lain, guru juga mengalami banyak hal menyedihkan. Mulai dari terpaksa menaikkelaskan murid yang sebenarnya tidak layak naik kelas, gaji yang jauhhhh di bawah kelayakan, hingga intimidasi dan tindak kekerasan dari orang tua murid.
Intimidasi itu bahkan membuat beberapa guru harus berurusan dengan hukum. Ada pula yang sampai mengalami cacat fisik.
Mengenai gaji, memang ada yang memadai dan makmur jika memenuhi berbagai persyaratan. Namun, tak sedikit yang dibayar di bawah Rp500.000 per bulan.
Gaji sejumlah itu cukup jika sekarang adalah tahun 1990, ketika harga emas masih Rp20.000/gram dan harga beras masih sekitar Rp600/gram.
Tapi ini tahun 2025, ketika harga beras sudah belasan ribu rupiah per kg, dan harga emas sudah di kisaran Rp1,5 juta/gram.
Bagaimana guru bisa fokus mengajar? Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi guru juga butuh tanda terima gaji (dan gajinya, tentu saja) yang layak.
Baca Juga: Bantu Anak Belajar Mandarin
3. Sekolah
Urusan memilih sekolah (negeri) juga menjadi masalah. Tapi karena faktor zonasi, kadang-kadang malah tidak ada pilihan. Ke sana jauh, ke sini jauh.Ada sekolah dekat rumah pun bisa saja kalah oleh yang domisilinya jauh tapi kuat di dana, yang membuat jalur zonasi menjadi jalur donasi.
Pimpinan dan manajemen sekolah pun ada saja yang membuat ulah seperti nilep uang. Uang yang seharusnya untuk pengadaan buku di perpustakaan atau untuk kepentingan murid-murid, malah masuk ke kantong sendiri.
Selain itu, dalam banyak kasus yang melibatkan guru atau murid, sekolah sering terlihat menutup-nutupi dengan alasan menjaga nama baik sekolah. Namun, tanpa tindakan tegas sih sama saja dengan menyimpan bom waktu.
Baca Juga: Kenapa Kuliah di Luar Negeri?
4. Orang tua (wali) murid
Orang tua murid juga berada di pusaran masalah. Macam-macam ulah orang tua bermasalah ini.Sebut saja misalnya, tidak terima anak ditegur oleh guru karena tidak mengerjakan PR atau merokok di sekolah.
Setelah mendapat laporan dari anak, langsung datang ke sekolah dan membuat keributan, bahkan sampai menganiaya guru.
Jangan lupakan pula jenis orang tua yang suka main uang untuk melancarkan segala urusan.
Alangkah baiknya jika orang tua memiliki kesadaran tentang home education centre, bahwa pendidikan dasar perlu dikuatkan dari rumah.
Termasuk di sini adalah pendidikan keimanan dan spiritual, pendidikan karakter (etika, tata krama, kejujuran, disiplin, semangat, tekun, dsb), serta pendidikan fisikal. Tentunya, disertai teladan nyata kepada anak-anak.
5. Kurikulum
Pendidikan haruslah mencerdaskan. |
Kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum Merdeka. Sejak awal banyak yang mengkritik kurikulum ini, salah satunya adalah Jusuf Kalla.
Menurut JK, Kurikulum Merdeka bisa diterapkan untuk sekolah tertentu, tapi tidak cocok untuk diterapkan secara nasional.
Mengutip dari Kompas, JK berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka yang meniadakan sistem ranking dan semua pasti naik kelas membuat murid-murid tidak temotivasi untuk belajar.
Hasilnya sudah mulai terlihat. Anak SMP tidak bisa membaca, anak SMA tidak bisa matematika sederhana, dan sebagainya.
Memang tidak semua murid, guru, sekolah, dan ortu seperti itu. Sebutlah mereka oknum. Dan para oknum itu mencoretkan arang tebal di wajah dunia pendidikan.
Membenahi Pendidikan
Membenahi pendidikan memang bukan pekerjaan satu malam. Bukan pula pekerjaan satu pihak saja.Bukan hanya guru dan sekolah yang bertanggung jawab untuk membenahi pendidikan, melainkan juga keluarga orang tua dan pemerintah.
Kurikulum buatan pemerintah memang tidak mungkin sempurna dan bisa memuaskan semua pihak. Namun, jika kurikulum yang berlaku sekarang malah menghasilkan kemunduran, lebih baik ditinjau kembali agar mereka tidak kebablasan menjadi generasi mencemaskan.
Btw, kalau diberi pilihan Menuju Indonesia Emas atau Indonesia Cemas, akan memilih yang mana?
Referensi
Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2024/10/10/15141861/jk-sebut-kurikulum-merdeka-belajar-tidak-cocok-diterapkan-secara-nasional
Terima kasih sudah mampir
BalasHapusJujur agak skeptis dgn pendidikan di Indonesia. Dari dulu, masalahnya hny brkuat di sini. Ga ada perombakan yg benar2 bs memperbaiki kesalahan sebelumnya. Malah pendidikan kita kalah saing dgn Malaysia. Padahal dulu, mereka impor tenaga pendidik dr Indonesia.
BalasHapusSmg menteri pendidikan era skrg bs memperbaiki kondisi pendidikan, mulai dr siswa, guru, zonasi, ujian nasional, hingga kurikulum yg selalu berganti tiap tahun. Serta ga boleh dilewatkan, masalah kesejahteraan dan bullying.
Pilih yang Indonesia Emas dong. Berbagai problem pendidikan di atas perlu segera ditemukan solusinya. Ga masuk akal banget ya klo ada murid yang sampai SMP masih belum bisa baca gitu. Gimana nasib bangsa ini klo kualitas generasi mudanya seperti itu.
BalasHapus