Bagi banyak orang, menonton film merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda.
Berbagai alasan menjadi penyebab aktivitas menonton film ini disukai.Mulai dari keinginan untuk refreshing dan mengisi waktu senggang, melepaskan emosi, hingga sejenak lari dari masalah dan kenyataan hidup.
Film apa yang ditonton?
Bebas. Mau film komedi, horor, romance, thriller, sejarah, action, atau yang lainnya. Mau film karya sineas Indonesia atau film-film luar seperti film Hollywood, Bollywood, drama Korea, drama China, atau yang lainnya.
Apa Itu Film Drama Kolosal?
Salah satu jenis film yang menarik untuk ditonton adalah film drama kolosal, baik drama kolosal Indonesia maupun negara-negara lainnya.Apa itu film drama kolosal dan apa sebab film jenis ini menarik?
Drama kolosal adalah jenis drama yang melibatkan banyak orang dan mengangkat kisah yang terjadi pada zaman dahulu.
Pembuatan film drama kolosal biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Mulai dari persiapannya, proses syuting, hingga film siap ditonton. Semua itu tentunya berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan.
Film jenis kolosal ini tidak mengenal istilah kejar tayang seperti pada sinetron atau film seri stripping. Film jenis ini lebih mementingkan kualitas daripada kecepatan produksi.
Contoh Film Drama Kolosal
Film The Lord of The Rings. |
Film drama kolosal dibuat di berbagai negara. Berikut ini beberapa film drama kolosal yang pernah ada dan mendapat sambutan hangat dari para penggemar film.
- The Lord of The Rings, diangkat dari novel epik karya J.R.R Tolkien.
- Gladiator, berlatar Kerajaan Romawi Kuno
- Troy, berkisah tentang legenda perang Yunani Kuno. Babang Brad Pitt menjadi salah satu pemeran utamanya.
- Braveheart, mengangkat sejarah perang Skotlandia vs Inggris abad ke-13. Mel Gibson menjadi pemeran utama dalam film ini.
- The Chronicles of Narnia, diangkat dari novel fantasi karya C.S Lewis.
- The Last Emperor, merupakan film kolosal biografi tentang Kaisar Tiongkok yang terakhir, yaitu Pu Yi.
- Seven Samurai, film drama kolosal berlatar Jepang abad ke-16.
- Tjoet Nya’ Dhien, film kolosal berlatar sejarah Aceh. Dibintangi oleh Christine Hakim, Slamet Rahardjo, dan lain-lain. Menjadi film Indonesia pertama yang tayang di Festival Film Cannes, Perancis.
- Drupadi, mengangkat kisah legendaris Mahabarata. Berperan sebagai Drupadi adalah Dian Sastro. Yang menjadi Arjuna adalah si awet ganteng Nicholas Saputra. Diem aja udah ganteng dia sih.
- Mongol: The Rise of Gengis Khan, merupakan film kolosal yag diproduksi bareng oleh Mongolia, Kazakhstan, Jerman, dan Rusia.
- The Swordsman, film kolosal Korea yang berkisah tentang masa Dinasti Joseon. Aktor Indonesia, Joe Taslim, menjadi salah satu pemeran utama dalam film ini.
- 47 Ronin, berlatar Jepang pada abad ke-18. Pemeran utama dalam film ini adalah babang tampan yang awet mudanya kebangetan, Keanu Reeves.
- The Great Battle, film kolosal Korea yang berlatar belakang Dinasti Goguryeo (abad ke-7).
- Legend of The Dragon Pearl, drama China yang berkisah tentang putri terakhir Dinasti Ming. Bukan sekadar kisah romansa, tetapi juga penuh intrik politik.
- Curse of The Golden Flower, drama kolosal China ini berlatar Tiongkok pada masa Dinasti Tang (sekitar tahun 618-907).
Hal Menarik Film Drama Kolosal
Film kolosal dengan budget lebih dari Rp 400 triliun. |
Ada banyak hal menarik seputar film kolosal, di antaranya:
1. Riset
Mengangkat tema sejarah dan kehidupan masa lalu, membuat film drama kolosal membutuhkan riset yang kuat dan mendalam. Lebih-lebih jika film tersebut benar-benar diangkat dari kisah nyata.2. Jumlah pemain
Salah satu ciri khas film kolosal adalah jumlah pemainnya. Film kolosal melibatkan sangat banyak figuran, bahkan bisa mencapai ribuan orang.3. Kostum
Keunikan lain dari film kolosal adalah kostum yang dikenakan oleh para pemerannya. Berlatar kehidupan masa lampau, tentu gaya berpakaiannya pun berbeda dengan masa kini.Pakaian yang dikenakan oleh para pemeran bukan sekadar indah dan keren, tetapi harus sesuai dengan zaman yang diangkat dalam film.
Akan menjadi lawak sekali jika film berlatar sejarah Aceh abad 19 tetapi kostumnya adalah yang umum dipakai masyarakat Amerika abad ke-18.
4. Waktu pembuatan
Film kolosal Tjoet Nya’ Dhien mulai dibuat pada tahun 1985 dan baru selesai tahun 1988. Ya, butuh waktu tiga tahun, termasuk untuk melakukan riset.Tahun 1988 film ini memperoleh 8 Piala Citra dalam Festival Film Indonesia. Tahun 1989 masuk nominasi film terbaik di Festival Film Cannes, Perancis.
Bandingkan dengan sinetron kejar tayang yang hari ini syuting besok sudah harus tayang di televisi.
5. Biaya
Pembuatan film drama kolosal membutuhkan biaya besar. Mudah dipahami, sih, karena melibatkan banyak pemeran yang pastinya butuh kostum, makan, dan honor. Belum lagi honor untuk kru, pembuatan seting, dan lain-lain.Film kolosal Troy yang dibintangi Brad Pitt, misalnya. Film tersebut diproduksi tahun 2004 dan menghabiskan biaya Rp2,3 triliun (atau sekitar Rp 7 triliun kalau pada tahun 2024).
Namun, jumlah tersebut tak seberapa jika dibandingkan dengan produksi film Curse of The Golden Flower yang menelan biaya sebesar Rp 646 triliun.
Penutup
Proses penggarapan film kolosal yang serius menghasilkan film yang berkualitas.Bagi penonton, menonton film drama kolosal memberikan sensasi dan pengalaman tersendiri. Bukan hanya mendapatkan hiburan, tetapi juga pengetahuan tentang sejarah dan kehidupan pada masa lalu.
Namun, ternyata ada orang yang tidak suka menonton film. Yuk, cari tahu Penyebab Orang Tidak Suka Menonton Film dalam artikel berikut.
Yang paling menarik dari film drama kolosal adalah kostumnya, juga riasannya, totalitas bangeet. Dram a kolosal juga biasanya based on true story jadi ikut belajar sejarah juga.
BalasHapusTapi daku udah lama gak nonton film kolosal nih, terakhir nontonnya Jodhaa versi Hithrik Roshan dan Aishwarya Rai.
Kalau film kolosal, saya malah ingatnya film Saur Sepuh. Itu memang banyak melibatkan banyak orang, Dan ini otomatis akan besar biaya juga ya. Yang saya suka dari film kolosal memang selalu berkaitan dengan sejarah.
BalasHapusSalah satu film kolosal yang saya suka adalah The Chronicle of Narnia, ceritanya full of fantasy, trus bisa sambil belajar bahasa Inggris aksen British di dialog filmnya, plus CGI-nya kuga keren sih
BalasHapusItulah kenapa saya juga suka nonton drama kolosal, meski kalau di Indonesia kok seperti diada-adakan...
BalasHapusTapi kalau tayangan luar, itu bikin kita nambahin ilmu dan wawasan secara jadi tahu sejarah, kostum daerah dan karakter setiap tokoh dalam cerita...
aku pernah nonton Ronin, duh susah move onnya kepikiran terus sama filmnya, eh apa sama pemerannya ya?
BalasHapuswkwkwkwk